Kucing datang ke kandang bebek setelah membaca status bebek yang memenuhi beranda facebooknya. Kucing berniat mencegah bebek melakukan hal nekat. Bagaimanapun bebek adalah sahabat terbaiknya terlepas dari sifat alay yang dimiliki bebek.
Sudah hal biasa kucing mendapati beranda facebooknya penuh dengan status alay bebek dan ayam. Sudah menjadi rahasia umum kisah cinta ayam dan bebek yang sering putus nyambung. Bentar-bentar berantem update status, bentar-bentar baikan update status. Begitu terus setiap harinya selama hampir 3 tahun ini.
Kisah cinta bebek dan ayam adalah kisah cinta paling fenomenal di peternakan. Disamping kisah cinta terlarang mereka yang tidak mendapatkan restu dari kedua orang tua ayam juga karena mereka terlalu menggembar-gemborkan hubungan mereka yang katanya setegar karang, yang katanya cinta sejati, yang katanya pasangan yang telah ditakdirkan Tuhan ke seluruh penjuru peternakan maupun di facebook. Nyatanya mereka hanya membuat geli seisi peternakan dan dunia maya saja. Marahan dikit langsung update status. Kangen dikit update status. Baikan update status. Terlihat sekali mereka sama-sama belum dewasa dalam menyikapi suatu hubungan.
Sudah bukan barang baru membaca status bebek sebagai bebek paling menderita di dunia. Namun kali ini berbeda. Bebek tidak pernah sebelumnya membuat status seperti itu. Mengakhiri hidup untuk cinta. Konyol sekali. Ini pasti masalahnya sudah serius. Bebek mungkin terlalu banyak mendapat tekanan. Bebek mungkin sudah mencapai titik putus asa. Itulah sebabnya kucing buru-buru pergi ke kandang bebek.
Untunglah hal buruk yang dikhawatirkan kucing belum terjadi. Dengan nafas tersengal-sengal kucing menghampiri bebek yang sedang duduk di pojokan kandang. Mata bebek terus saja menatap golok yang terselip dipagar.
“Kali ini apalagi?” Tanya kucing setelah berhasil mengatur nafasnya. Dia duduk tepat di samping bebek.
Bebek tetep diam bergeming. Matanya berkaca-kaca dan terus saja menatap golok. Dalam hati bebek masih ragu dengan keinginannya untuk bunuh diri.
“Bunuh diri bukan solusi. Iya elo mati enak. Ga ada yang elo khawatirkan lagi. Bagaimana dengan Ayam? Setelah elo mati, ayam akan dihantui rasa bersalah yang sangat dalam. Ayam akan jatuh ke lembah gelap penyesalan yang tidak berdasar. Disamping itu dia akan mendapatkan hukuman sosial. Seluruh peternakan pasti akan menyalahkan ayam. Bukan gue belain ayam. Sekarang gue tanya apa elo tega kalau orang yang elo cintai berakhir seperti itu?” Cerocos kucing panjang lebar.
“Jangan diam aja. Sebagai sahabat elo, gue gak mau elo kayak gini. Elo itu cowok. Yang kuat dong. Jangan cemen kayak gini.” Kucing lama-lama sewot juga dicuekin bebek.
“Cing,” bebek membuka suara setelah dari tadi hanya diam membisu.”Apa yang kurang dari gue? Gue sudah memberikan sepenuhnya yang terbaik buat dia. Tetapi dia malah mencampakkan gue tanpa sebab yang jelas. Gue ga tahu lagi apa yang harus gue perbuat agar dia mau kembali sama gue?”
“Bek, cinta itu tidak boleh memaksa. Mungkin ayam butuh waktu untuk sendiri. Biarkan dia berpikir jernih. Mungkin dia dalam kondisi emosi waktu memutuskan elo.”
“Cing, untuk apa gue hidup kalau ayam sudah mencampakkan gue. Gue hanya sampah.” Keluh bebek.
“Jangan berkata seperti itu. Pokoknya sekarang elu jauhi pikiran-pikiran buruk. Jangan nekat. Gue yakin besok pasti akan lebih baik dari hari ini.”
Bebek kembali menatap kosong ke arah golok yang terselip di pagar.
“Bek, gue pulang dulu, sudah mau maghrib. Tetap semangat. Tunjukkan kamu bebek yang kuat. Agar ayam bisa kembali lagi ke pelukanmu. Ok?”
Bebek tetap diam. Entah dia mendengarkan kucing atau tidak.
“Yaudah gue pulang dulu. Berpikirlah dengan jernih. Gue tahu lu butuh waktu sendiri, nasihat saat ini mungkin hanya masuk lewat kuping kanan, keluar lewat kuping kiri untuk elo. Gue dateng kesini cuma mau kasih tahu elo, kalau gue selalu ada untuk elo. Sekali lagi, jangan nekat!” Kucing memberikan pesan-pesan terakhir sebelum meninggalkan kandang bebek.
Kucing meninggalkan kandang bebek. Dia sengaja memutar arah pulang ke rumah pemilik peternakan agar melewati kandang ayam.
Ayam telah berdiri di depan kandangnya ketika kucing sampai di depan kandang ayam. Kucing menghampiri ayam.
“Bagaimana?” sambut ayam dengan tidak sabar.
“Ay, setelah abang pikir,” kucing diam sejenak. Ia tak yakin dengan apa yang akan ia sampaikan.” Abang minta kamu kembali ke bebek. Abang tidak tega melihat bebek seperti itu.”
Ayam kaget dengan kata-kata kucing.
“Abang gimana sih, abang kan yang meminta aku untuk mutusin bebek. Abang sudah tidak cinta lagi sama aku?”
Ayam sewot. Plin plan banget kucing. Pikir ayam.
“Ay, abang memang mencintaimu, tapi abang juga sayang sama sahabat abang, abang tidak tega melihat dia menderita.”
“Lalu bagaimana dengan kebahagian aku. Bagaimana dengan kebahagian abang? Abang lebih suka melihat aku menderita bersama bebek?” Ayam tidak terima dengan alasan kucing.
“Bukan begitu, Ay. Abang bahagia jika kamu bahagia. Abang yakin kamu dan bebek akan bisa bahagia lagi seperti dulu. Sebelum abang datang diantara kalian.”
“Bang, aku bahagia bila bersama abang. Bebek hanya bagian dari masa lalu. Sekarang cuma abang yang aku cinta.”
“Ay, abang mohon. Kembalilah pada bebek…” Kucing terus memohon.
“Bang, kamu hanya mempermainkan aku.” Ayam merasa kucing hanya mempermainkan dia. Tidak pernah bersungguh-sungguh selama ini.
“Ay, jangan salah paham. Abang sangat-sangat mencintaimu.”
“Lalu kenapa, bang? Kenapa abang meminta aku kembali pada bebek?” Ayam tidak tahan lagi.
“Karena abang tidak tega melihat sahabat abang seperti itu. Jadi abang mohon pada kamu.”
“Baik… Aku akan melakukan apa mau abang. Aku akan kembali pada bebek, asalkan abang memenuhi satu permintaanku?”
“Apapun yang kamu inginkan akan abang penuhi. Abang janji.”
“Aku akan kembali ke bebek, asalkan abang masih tetap bersamaku.”
Kucing terdiam. Dia dihadapkan pada sebuah dilema. Menuruti perasaannya. Menjaga perasaan sahabatnya. Atau menjaga perasaan ayam yang ia cinta.
***